Satu vitamin untuk kita semua, pustakawan dan calon pustakawan :
[MOTIVASI]
by Yogi Hartono (ICS Group Yahoo)
melalui Benny Hirmansyah @facebook Cah2 Pepruz
"Saya Pustakawan, Saya Muda, Beda dan Berbahaya" sebuah Kampanye
memerangi stereotipe negatif Pustakwan
Siapapun yang mengaku dirinya muda, pasti akan berhentak ketika mendengar
lagunya Superman Is Dead (kecuali kalo belum mendengar); Muda beda dan berbahaya.
Kalo belum tau warna irama lagu SIS ini coba dengerin lagunya Nirvana dengan
Kurt Cobainnya, keduanya sama sama membangkitkan insting liar kita untuk
berjingkrak dan menghentak.
Begini liriknya:
Jika kami bersama, Nyalakan tanda bahaya
Jika kami berpesta Hening akan terpecah
Aku, Dia dan Mereka memang beda
Tak perlu berpura pura memang begini adanya
Dan jika kami bersama nyalakan tanda bahaya
Musik akan menghentak, anda akan tersentak
Dan kami tahu anda bosan dijejali rasa yang sama
Kami adalah kamu, muda beda dan berbahaya
Tapi apa hubungannya lagu tersebut dengan Kepustakawanan?
Gak, gak ada hubungannya; hanya saja lagu tersebut agaknya cocok untuk
menginspirasi pemberontakan terhadap stereotip negatif Pustakawan di Negeri
ini: Lamban dan nguplek, wanita paruhbaya, kacamata, berkutat dengan buku,
tertutup gak gaul, suka ngeluh gaji kecil, pasrah dll
Agar kita tak perlu menunggu turunnya ratu adil atau mbah Tarno yg memimpin
pemberontakan terhadap stereotip pustakawan, mari kita perikan dulu stereotip
yang harus dirubah dari Pustakawan.
PUSTAKAWAN GAJINYA KECIL
Pustakawan gajinya kecil? itu pernyataan dulu bro, tapi sayangnya pertanyaan
pertanyaan tersebut selalu direpackge dimasa kini, sehingga kemudian menjadi
misleading bagi orang orang awan, bahkan bagi staf Pengajar jurusan JIIP pun
banyak yang meremehkan besaran gaji atau penghasilan seorang Pustakawan di era
kekinian. Ya sebuah stereotip bahwa Pustakawan adalah penjaga buku. Di era
kekinian profesi kepustakawanan dan informasi banyak diminati oleh Perusahaan
perusahaan besar sebagai Pengelola dan Manajerial Asset. Jadi jangan bayangkan
lulusan sekolah Perpustakaan hanya mengelola buku, tapi mereka sekarang juga
dipercaya mengelola Asset Perusahaan. Apa saja assetnya? ya tergantung
Perusahaannya, Jika Company nya merupakan Firm Hukum, Pustakawannya bertugas
mengontrol dokumen hukum kepengacaraan dan kerap disebut Law Librarian. Jika
Company nya bergerak dibidang Mining dan Oil mereka bertugas mengontrol dokumen
yang berhubungan dengan kontrak karya, perizinan dll. Yang di statiun televisi,
lulusan sekolah perpustakaan banyak terserap untuk mengelola asset digital nya.
Biasanya diistilahkan dengan MAM (media asset management) tapi tetep yang
mengoperasinalkan disebut librarian.
Ishadi SK, komisaris Trans Corp pernah berbicara di depan Asosiasi Pustakawan
Media. Beliau mengemukaan ada 3 hal mendasar ketika Profesional mencari
karirnya. 1. Apakah Profesi cukup tersebut menantang untuk digeluti. 2. Apakah
suasana dan iklim kerja di Perusahaan tersebut kondusif dan memberikan peluang
untuk pengembangan karir. 3. Bagaimana dengan salary, penghasilan dan benefit
yang diperolehnya?
Khusus untuk yang terakhir, Ishadi memberikan nasehat tentang penambahan VALUE
(added value) jika kita ingin menjadi Pustakawan yang dihargai mahal. Seraya
mengilustrasikan harga Botol Aqua di kios kios pinggir jalan cuma Rp 3000; tapi
Botol Aqua yang sama jika ditampilkan di kafe2 Hotel Bintang 5, harganya bisa
Rp 200.000 bisa naik 70 kali lipat. Itu semua karena Value kan? Banyak value2
yang bisa ditambahkan sebagai pustakawan; misal skill mengedit, skill membuat
website, skill menulis buku dll. Jangan heran kalau sekarang banyak Pustakawan
yang bergaji 2 digit.
PUSTAKAWAN BUKAN LAKI LAKI, MUDA
Para pria (muda) tak perlu malu berprofesi sebagai pustakawan. Pustakawan bukan
masalah gender meski statistik menarik dilakukan oleh ALA bahwa 1 dari 4
pustakawan disana adalah laki laki, sisanya perempuan. Saking donimannya
perempuan yang menjadi pustakawan di US sampai sampai2 beberapa pria pustakawan
disana mengusulkan anekdok "guybrarian" khusus untuk istilah
pustakawan laki laki, karena stereotipe istilah Librarian dianggap terlalu
feminin.
Bagaimana dengan Indonesia? Saya belum menemukan penelitian demografis
pustakawan menurut gender. Tapi kalau stereotype di Indonesia bahwa Pustakawan
itu seorang wanita data2 nya bisa dilihat dari Film AADC, Lentera Merah, Soe
Hok Gie, Perempuan berkalung sorban, semua setting film berlatar perpustakaan
menampilkan wanita sebagai pustakawannya.
TAK SELAMANYA MENGELOLA BUKU.
Harus diakui Perpustakaan identik dengan buku. Namanya juga perpustakaan, yang
berasal dari kata Pustaka: Buku. Tapi kalo fungsi perpustakaan hanya mengelola
obyek bukunya, bukan konten informasi yang terkandung di dalamnya (buku sekedar
media) apa bedanya perpustakaan dengan Gudang Buku ??? Seiring dengan
perkembangan teknologi, Perpustakaan tidak hanya mengelola buku, melainkan juga
mengelola asset atau dokumen sebagai media informasi dalam bentuk: Artefak
File, Pita Magnetic, seluloid dll.
Demikian juga dengan Pustakawannya, tak perlu dibantah Pustakawan kudu gemar
membaca. Lumrah bin wajib jika pustakawan mencintai sebuah buku. Tapi bukan
berarti kita tak boleh berselingkuh dengan sepianya pustakawan; menikmati
bermain kartu, papan seluncur, video games playsatation, futsal, bermain
rubrik, menulis, mendengarkan musik, mengikuti komunitas off road; kelompok
diskusi dan banyak lagi! Pustakawan suka membaca, tapi sebagian besar umur kita
tak harus dihabiskan dengan membaca buku teks, Pustakawan harus kreatif membuat
blog, berjejaring seperti lagunya Superman Is dead diatas "Jika kami
bersama, nyalakan tanda bahaya....kami akan menghentak anda akan tersentak.
TERTARIK DENGAN TEKNOLOGI
Kita harus selalu meng update dan meng up grade perkembangan teknologi. Suka
belajar tentang teknologi baru, menemukan dan mengoperasikan sumber daya yang
paling mutakhir yang bisa kita gunakan sendiriuntuk saya gunakan sendiri dan
kemudia di share dengan teman2 seprofesi. Tertarik dengan pengembangan web, dan
coding. Suka melakukan aktifitas , baik secara offline maupun dalam ruang
digital.
Kepustakawanan, perpustakaan dan informasi itu luas. Kita bisa meningkatkan
value tentang arsitektur informasi, manajemen informasi, desain informasi,
taksonomi, pendidikan, kepemimpinan, atau advokasi kecuali kalo kita benar
benar memutuskan untuk menjadi pustakawan titik hitam beku yang dilindas deru
kehidupan
JANGAN MERASA TERPAKSA KERJA DI PERPUSTAKAAN.
Keyword Pustakawan adalah "Jangan merasa terpaksa menjadi
Pustakawan",(saya lupa frasa tsb kalau diklasir dengan DDC nomernya
berapa?)
Banyak Pustakawan yang terpenjara dengan pikiran pikiran negatif dirinya
sendiri: misal di sebuah grup FB kerap terdengar keluhan para pustakawan; ya
gajinya kecil, gak bisa kaya, ya kurang keren, ya gak menantang, ya adem gak
asyik, dan lain lain dan lain....Bagaimana kalau pengandainya kita balik, agar
menjadi sesuatu yang positif, Untuk itu kita tentukan dulu goalnya, tujuannya, bukan
memakai kacamata kuda, misalnya, Untuk menjadi Pustakawan yang kaya, gimana
caranya? Untuk menjadi Pustakawan yang keren gimana kiatnya, Untuk menjadi
Pustakawan yang asyik gimana langkah langkahnya? Setelah itu MLAKUWO,
Bergeraklah untuk meraih goalS tersebut, jangan berkeluh kesah sepanjang usia
merenungi nasib, BANYAK ADDED VALUE YANG BISA DITINGKATKAN SEBAGAI PUSTAKAWAN.
Masih banyak ruang ruang kreatif yang bisa kita warnai dalam kepustakawan ini.
Kalau Superman Is Dead, saya yakin Librarian Isn"t Dead
Ayo lawan stereotip, semangat Pustakawan Indonesia