Sabtu, 12 Maret 2011

cerita Khansa -satu



Matahari mulai meninggi. Hawa panas Jakarta sudah terasa, walau jam belum menunjukkan pukul dua belas tepat. Pagi itu Khansa memutuskan untuk pulang saja ke Semarang. Entah mengapa liburannya kali ini terasa hambar.

Dari rumah pakdenya yang terletak di belakang TMII, yaitu daerah Pondok Gede, ia menaiki angkutan umuum untuk sampai di Stasiun Jatinegara. Satu hal yang membuatnya malas, macetnya ruas jalan ibu kota, membuatnya ekstra sabar. Namun hal itu tak terjadi, bukan kemacetan yang selama ini menggangu perjalannya, saat menyusuri kota penuh sesak polusi. Justru hal inilah yang membuatnya mangkel. Ia diturunkan di pinggir jalan yang jaraknya masih jauh dari stasiun. Sebuah kebiasaan buruk yang masih saja dilestarikan. Sopir sering menurunkan penumpang, bila jumlahnya tinggal satu orang. "Hiih, asem ik!" Gerutunya dalam hati dengat logat semarangan.

Dengan terpaksa ia berjalan sendiri berjalan menuju stasiun. Dipertengahan jalan, ia baru tersadar. Ini sudah pukul sembilan, berari dia tidak bisa naik kereta Fajar utama, yang biasa ia tumpangi jika melakuakan perjalanan ke Semarang. Ia memutar otak, "Ahh, ya sudah lah. Berarti aku harus naik kereta lain. Kepepet naik ekonomi nggak apa-apa , yang penting keluar dari Jakarta." gumamnya.

Perjalanan pulangnya kali ini memang terasa aneh. Kali ini ia memasuki satasiun bukan dari pintu depan atau pintu dekat parkir. Entah apa namanya jalan yang ia lewati. Tiba-tiba ia melewati sebuah rel yang dipinggirnya banyak polisi berjejer. Di sebrangnya, ada sekelompok anank magang- mungkin- yang sedang menjajal kereta kreasinya. Benar-benar aneh. Dengan sedikit tergesa,Segera ia menuju loket penjualan tiket. Dari arah berlawanan seorang masinis menghentikan lanagkahnya. Laki-laki itu tampan, tinggi semampai, dan berkulit putih. Siapa dia? Khansa sungguh tak mengenalinya. "Minta nomor HPnya ya?" tanpa basi-basi masinis membuka percakapan. Orang yang aneh. "Kali pertama ketemu bukannya mengajak berkenalan, ee malah nodong nomor HP" omel Khansa di hati. Tanpa berpikir panjang, ia langsung memberi tahu nomor HPnya. "Udah dulu ya" Khansa segera mengabaikan pertemuan itu. Ia terburu-buru, pikirannya kacau karena belum mendapat tiket pulang. Mencari-cari letak kotak loket jurusan Semarang. Mondar-mandir kebingungan karena ini pengalaman pertamanya pulang ke Semarang seorang diri dan harus mengurusi tiket juga sendiri. Disebuah loket Khansa berhenti. "Mbak, kalau naik Rajawali bisa turun Semarang nggak ya?" tanya Khansa pada penjaga loket. "Oh, kalo Rajawali ggak berhenti di Semarang Mbak, tapi di Surabaya. Kalau ke Jadwal kereta jurusan Semarang coba cari info ke bapak yang di sebelah sana." jawab penjaga loket sembari menunjukkan tempat bapak itu berada.

Saat berjalan, HPnya berdering. Satu sms dari nomor tak dikenal. Ia membaca dengan seksama. Tiba-tiba jantungnya berdegup kencang. Apa sebenarnya maksud dari sms itu?? ----> bersambung...

4 komentar:

  1. Wah gaya berceritamu bagus Nur :D

    Bikin aku penasaran deh. Lanjutin doooongg~~

    (Btw lain kali jangan berani ngasih nomor hape ke orang yang ga dikenal atuhhh... serem kan >,<)

    Ini yang liburan sama ademu itu ya?

    BalasHapus
  2. hhe maksih semangatnya ya pi,, :D
    kamu bakal tambah kaget kalo tahu cerita sebenernya,, :P
    tunggu saja

    BalasHapus
  3. I'll be waiting for that then :D

    Segera diposting yaaa ;)

    BalasHapus