Sabtu, 27 Juli 2013

Vitamin untuk pustakawan

Satu vitamin untuk kita semua, pustakawan dan calon pustakawan :

[MOTIVASI] by Yogi Hartono (ICS Group Yahoo)
melalui Benny Hirmansyah @facebook Cah2 Pepruz 

"Saya Pustakawan, Saya Muda, Beda dan Berbahaya" sebuah Kampanye memerangi stereotipe negatif Pustakwan

Siapapun yang mengaku dirinya muda, pasti akan berhentak ketika mendengar lagunya Superman Is Dead (kecuali kalo belum mendengar); Muda beda dan berbahaya. Kalo belum tau warna irama lagu SIS ini coba dengerin lagunya Nirvana dengan Kurt Cobainnya, keduanya sama sama membangkitkan insting liar kita untuk berjingkrak dan menghentak.



Begini liriknya:


Jika kami bersama, Nyalakan tanda bahaya
Jika kami berpesta Hening akan terpecah
Aku, Dia dan Mereka memang beda
Tak perlu berpura pura memang begini adanya

Dan jika kami bersama nyalakan tanda bahaya
Musik akan menghentak, anda akan tersentak
Dan kami tahu anda bosan dijejali rasa yang sama
Kami adalah kamu, muda beda dan berbahaya

Tapi apa hubungannya lagu tersebut dengan Kepustakawanan?
Gak, gak ada hubungannya; hanya saja lagu tersebut agaknya cocok untuk menginspirasi pemberontakan terhadap stereotip negatif Pustakawan di Negeri ini: Lamban dan nguplek, wanita paruhbaya, kacamata, berkutat dengan buku, tertutup gak gaul, suka ngeluh gaji kecil, pasrah dll
Agar kita tak perlu menunggu turunnya ratu adil atau mbah Tarno yg memimpin pemberontakan terhadap stereotip pustakawan, mari kita perikan dulu stereotip yang harus dirubah dari Pustakawan.

PUSTAKAWAN GAJINYA KECIL

Pustakawan gajinya kecil? itu pernyataan dulu bro, tapi sayangnya pertanyaan pertanyaan tersebut selalu direpackge dimasa kini, sehingga kemudian menjadi misleading bagi orang orang awan, bahkan bagi staf Pengajar jurusan JIIP pun banyak yang meremehkan besaran gaji atau penghasilan seorang Pustakawan di era kekinian. Ya sebuah stereotip bahwa Pustakawan adalah penjaga buku. Di era kekinian profesi kepustakawanan dan informasi banyak diminati oleh Perusahaan perusahaan besar sebagai Pengelola dan Manajerial Asset. Jadi jangan bayangkan lulusan sekolah Perpustakaan hanya mengelola buku, tapi mereka sekarang juga dipercaya mengelola Asset Perusahaan. Apa saja assetnya? ya tergantung Perusahaannya, Jika Company nya merupakan Firm Hukum, Pustakawannya bertugas mengontrol dokumen hukum kepengacaraan dan kerap disebut Law Librarian. Jika Company nya bergerak dibidang Mining dan Oil mereka bertugas mengontrol dokumen yang berhubungan dengan kontrak karya, perizinan dll. Yang di statiun televisi, lulusan sekolah perpustakaan banyak terserap untuk mengelola asset digital nya. Biasanya diistilahkan dengan MAM (media asset management) tapi tetep yang mengoperasinalkan disebut librarian.

Ishadi SK, komisaris Trans Corp pernah berbicara di depan Asosiasi Pustakawan Media. Beliau mengemukaan ada 3 hal mendasar ketika Profesional mencari karirnya. 1. Apakah Profesi cukup tersebut menantang untuk digeluti. 2. Apakah suasana dan iklim kerja di Perusahaan tersebut kondusif dan memberikan peluang untuk pengembangan karir. 3. Bagaimana dengan salary, penghasilan dan benefit yang diperolehnya?

Khusus untuk yang terakhir, Ishadi memberikan nasehat tentang penambahan VALUE (added value) jika kita ingin menjadi Pustakawan yang dihargai mahal. Seraya mengilustrasikan harga Botol Aqua di kios kios pinggir jalan cuma Rp 3000; tapi Botol Aqua yang sama jika ditampilkan di kafe2 Hotel Bintang 5, harganya bisa Rp 200.000 bisa naik 70 kali lipat. Itu semua karena Value kan? Banyak value2 yang bisa ditambahkan sebagai pustakawan; misal skill mengedit, skill membuat website, skill menulis buku dll. Jangan heran kalau sekarang banyak Pustakawan yang bergaji 2 digit.

PUSTAKAWAN BUKAN LAKI LAKI, MUDA

Para pria (muda) tak perlu malu berprofesi sebagai pustakawan. Pustakawan bukan masalah gender meski statistik menarik dilakukan oleh ALA bahwa 1 dari 4 pustakawan disana adalah laki laki, sisanya perempuan. Saking donimannya perempuan yang menjadi pustakawan di US sampai sampai2 beberapa pria pustakawan disana mengusulkan anekdok "guybrarian" khusus untuk istilah pustakawan laki laki, karena stereotipe istilah Librarian dianggap terlalu feminin.
Bagaimana dengan Indonesia? Saya belum menemukan penelitian demografis pustakawan menurut gender. Tapi kalau stereotype di Indonesia bahwa Pustakawan itu seorang wanita data2 nya bisa dilihat dari Film AADC, Lentera Merah, Soe Hok Gie, Perempuan berkalung sorban, semua setting film berlatar perpustakaan menampilkan wanita sebagai pustakawannya.

TAK SELAMANYA MENGELOLA BUKU.

Harus diakui Perpustakaan identik dengan buku. Namanya juga perpustakaan, yang berasal dari kata Pustaka: Buku. Tapi kalo fungsi perpustakaan hanya mengelola obyek bukunya, bukan konten informasi yang terkandung di dalamnya (buku sekedar media) apa bedanya perpustakaan dengan Gudang Buku ??? Seiring dengan perkembangan teknologi, Perpustakaan tidak hanya mengelola buku, melainkan juga mengelola asset atau dokumen sebagai media informasi dalam bentuk: Artefak File, Pita Magnetic, seluloid dll.
Demikian juga dengan Pustakawannya, tak perlu dibantah Pustakawan kudu gemar membaca. Lumrah bin wajib jika pustakawan mencintai sebuah buku. Tapi bukan berarti kita tak boleh berselingkuh dengan sepianya pustakawan; menikmati bermain kartu, papan seluncur, video games playsatation, futsal, bermain rubrik, menulis, mendengarkan musik, mengikuti komunitas off road; kelompok diskusi dan banyak lagi! Pustakawan suka membaca, tapi sebagian besar umur kita tak harus dihabiskan dengan membaca buku teks, Pustakawan harus kreatif membuat blog, berjejaring seperti lagunya Superman Is dead diatas "Jika kami bersama, nyalakan tanda bahaya....kami akan menghentak anda akan tersentak.

TERTARIK DENGAN TEKNOLOGI

Kita harus selalu meng update dan meng up grade perkembangan teknologi. Suka belajar tentang teknologi baru, menemukan dan mengoperasikan sumber daya yang paling mutakhir yang bisa kita gunakan sendiriuntuk saya gunakan sendiri dan kemudia di share dengan teman2 seprofesi. Tertarik dengan pengembangan web, dan coding. Suka melakukan aktifitas , baik secara offline maupun dalam ruang digital.

Kepustakawanan, perpustakaan dan informasi itu luas. Kita bisa meningkatkan value tentang arsitektur informasi, manajemen informasi, desain informasi, taksonomi, pendidikan, kepemimpinan, atau advokasi kecuali kalo kita benar benar memutuskan untuk menjadi pustakawan titik hitam beku yang dilindas deru kehidupan

JANGAN MERASA TERPAKSA KERJA DI PERPUSTAKAAN.

Keyword Pustakawan adalah "Jangan merasa terpaksa menjadi Pustakawan",(saya lupa frasa tsb kalau diklasir dengan DDC nomernya berapa?)
Banyak Pustakawan yang terpenjara dengan pikiran pikiran negatif dirinya sendiri: misal di sebuah grup FB kerap terdengar keluhan para pustakawan; ya gajinya kecil, gak bisa kaya, ya kurang keren, ya gak menantang, ya adem gak asyik, dan lain lain dan lain....Bagaimana kalau pengandainya kita balik, agar menjadi sesuatu yang positif, Untuk itu kita tentukan dulu goalnya, tujuannya, bukan memakai kacamata kuda, misalnya, Untuk menjadi Pustakawan yang kaya, gimana caranya? Untuk menjadi Pustakawan yang keren gimana kiatnya, Untuk menjadi Pustakawan yang asyik gimana langkah langkahnya? Setelah itu MLAKUWO, Bergeraklah untuk meraih goalS tersebut, jangan berkeluh kesah sepanjang usia merenungi nasib, BANYAK ADDED VALUE YANG BISA DITINGKATKAN SEBAGAI PUSTAKAWAN. Masih banyak ruang ruang kreatif yang bisa kita warnai dalam kepustakawan ini. Kalau Superman Is Dead, saya yakin Librarian Isn"t Dead

Ayo lawan stereotip, semangat Pustakawan Indonesia
Top of Form
Bottom of Form


1 komentar:

  1. ayo selalu semangat,,,,,,,,,,,
    kunci sukses ---> ikhlas dan jangan banyak mengeluh

    mau tau info yang up to date
    tentang CPNS 2014 dan lowongan kerja selalu tongkrongin di
    http://lamanloker.blogspot.com/

    BalasHapus